Rabu, 29 Februari 2012

Fenomena 'Wani Piro' dan Arti Kesetiaan Dalam Sepak Bola

Masih ingat dengan iklan salah satu produk rokok yang terkenal dengan tagline 'wani piro'? Iklan tersebut seakan menyindir bahwa segala urusan, bukan hanya di birokrasi namun sampai di dunia jin, bisa lancar hanya dengan uang.

Fenomena 'wani piro' ini juga merambah ke lapangan hijau. Klub-klub besar dan kaya berlomba-lomba menggerojokkan uangnya. Mereka berharap dengan hal itu bisa mendapatkan pemain-pemain kelas atas dengan kemampuan nomor wahid. Ujung-ujungnya, apalagi kalau bukan trofi yang mereka harapkan.

Namun, apakah hanya dengan segepok uang semata, klub-klub berlabel gudang uang itu bisa mendapatkan pemain buruannya secara utuh? Ternyata belum tentu. Sejarah mencatat, uang memang bisa mendatangkan pemain-pemain bintang. Namun, untuk membuat mereka memberikan kemampuan terbaik mereka? Nanti dulu. Ada banyak faktor yang terkait.

Tak bisa dipungkiri, meski berlabel profesional, pemain bintang juga manusia biasa. Mereka juga memiliki perasaan. Mereka manusia biasa yang juga bisa disentuh melalui hati.

Lihat saja sejarah Bryan Robson ketika akan bergabung dengan Manchester United di medio 1981. Saat itu, West Brom berusaha untuk memagari kepindahannya dari klub tersebut. Kontrak bernilai fantastis telah mereka siapkan untuk mengikat Robbo. Namun, pemain kelahiran 11 Januari 1957 ini bergeming. Dia telah bertekad untuk mengikuti sang manajer, Ron Atkinson, yang pergi ke Old Trafford.


Bryan Robson hengkang ke Manchester United mengikuti Ron Atkinson © Mirrorfootball

Terlepas dari nilai transfer fantastis yang dia dapatkan saat itu, Robbo mengaku kepindahannya lebih disebabkan karena dia berutang budi pada Atkinson. Pelatih berjuluk Big Ron ini, disebut Robbo, telah memberinya kepercayaan untuk tampil di tim utama, meski dia kerap dibekap cedera. Di United, Robbo membuktikan rasa cinta dan hormatnya pada Big Ron. Dia selalu bermain total demi menjaga kepercayaan yang diberikan Atkinson.

Selain Robbo, masih banyak lagi pemain yang telah menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekedar mengatakan,"Wani piro?" Contoh mutakhir adalahLionel Messi. Dalam sebuah wawancara, Messi menegaskan bahwa hubungan percintaannya dengan Barcelona bukan hanya masalah uang ataupun status belaka. Pemain asal Argentina ini menyatakan bahwa dia banyak berutang budi pada Barca.

Ketika masih menjadi seorang anak kecil berusia 11 tahun di Rosario, Messi didiagnosis menderita kekurangan hormon pertumbuhan. Tertarik dengan bakat pemain kelahiran 24 Juni 1987 ini, Barcelona tidak hanya setuju untuk memboyong Messi ke Spanyol dan mengusahakan pengobatan terbaik baginya.

Bahkan, Direktur Olahraga Barca waktu itu, Carles Rexach, juga sepakat untuk memboyong juga Jorge Horacio Messi, ayah Lionel, untuk menemani anaknya menjalani proses pengobatan dan mengikuti pendidikan di Akademi La Masia.



Messi bukannya sosok yang tak tahu terima kasih. Dia telah membuktikannya. Tak hanya sekali dua dia menghadirkan gelar bagi Los Blaugrana. Bahkan Messi telah menjadi sosok Messiah bagi klub asal Catalan itu.

Inilah bukti bahwa seprofesional apapun para pesepakbola, mereka tetaplah manusia. Mereka bukanlah mesin-mesin mekanis yang hanya menuruti program. Mereka tetaplah sosok yang tidak hanya diprogram untuk mengatakan, "Wani piro." Mereka juga manusia yang mengerti arti utang budi.

Paling tidak, sampai kata "utang budi" dihapus dari kamus bahasa kita.

source : bola.net

Sabtu, 25 Februari 2012

Sejarah Berdirinya PSSI


PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan.
PSSI didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo seorang insinyur sipil lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Di tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil – wakil dari VIJ (Sjamsoedin – mahasiswa RHS); wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB), Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) E.A Mangindaan (saat itu masih menjadi siswa HKS/Sekolah Guru, juga Kapten Kes.IVBM) Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai Ketua Umum PSSI.
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dkk segera menyusun program yang pada dasarnya “menentang” berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada tahun 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI , kemudian menggugah Susuhunan Paku Buwono X, setelah kenyataan semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan – jalan atau tempat – tempat dan di alun – alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar.
Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional, agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo.
Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang kian lama kian bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim dari Austria “Winner Sport Club “ pada tahun 1936.
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938, namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi / Tionghoa. Hal tersebut sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu sesuai dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “Gentelemen’s Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Jogyakarta. Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak Perjanjian dengan NIVU tersebut.
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942, setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940 – 1941, dan terpilih kembali di tahun 1942.
Untuk menghargai jasanya, mulai tahun 1966 diadakan kejuaraan sepak bola Piala Soeratin (Soeratin Cup) yakni kejuaraan sepak bola tingkat taruna remaja
Masuknya balatentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetisi, karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragaan bikinan Jepang, kemudian masuk pula menjadi bagian dari Gelora (1944) dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta (1949).
• Perkembangan PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.
Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
* Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
* Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
* Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
* Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
* Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
* Dibawah usia 15 tahun (U-15)
* Dibawah usia 17 tahun (U-170
* Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
* Dibawah usia 23 tahun (U-23)
* Sepakbola Wanita
* Futsal.
PSSI pun mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.
Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.
Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.
Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka

Burner CD TANPA Software !


Burner CD TANPA Software !

Tips Komputer (Surabaya, 2011)

“Bila aku masih hidup, Biarlah Api menghanguskan Bumi!” Anda tahu kalimat ini? Inilah kalimat yang sering diucapkan oleh seorang kaisar yang telah membakar kotanya sendiri, Roma. Kota penuh sejarah ini terbakar 9 hari oleh ambisi Nero, Kaisar Nero Klaudius Drusus Germanikus. Piyuh! Coba 9 hari bakar sate atau bakar jagung se kota Roma, pasti Nero akan lebih dikenal sebagai kaisar yang baik hehehe :-)
Saking terkenalnya legenda yang pembakar ini, sampai-sampai ada software bernama Nero. Software pembakar CD paling terkenal dan banyak dipakai untuk menggandakan CD/DVD atau mengkopi file-file ke dalam CD/DVD.

Namun, jika Anda tidak memiliki software pembakar CD/DVD ini bagaimana?
Tidak usah pusing karena ada cara yang sangat mudah untuk membakar (burning) CD tanpa menggunakan software apapun juga. Anda penasaran? Buktikan saja cara membakar (burning) CD/DVD tanpa software ini sekarang juga!
Tips Cerdas Cara Membakar (Burning) CD/DVD Tanpa Software :
  1. Pilih folder atau file yang akan Anda bakar atau copy ke CD/DVD
  2. Klik kanan pada folder atau file, pilih Send to, pilih drive CDRW Anda misal “CDRW Drive (D:)
  3. Ulangi langkah pertama dan kedua untuk menambah data lainnya
  4. Setelah dirasa cukup klik kanan Drive CDRW Anda, Pilih “Write these files to CD”
  5. Tips Cerdas Cara Membakar (Burning) CD/DVD Tanpa Software Nero

  6. Muncul Jendela CD Writing Wizard
  7. Gantilah nama CD/DVD  pada kolom CD Name
  8. Tekan tombol Next
  9. Komputer akan memburn atau mengkopi folde atau file ke CD/DVD Anda
  10. Tunggulah hingga proses selesai sampai CD anda keluar dari VD/DVD Rom secara otomatis
Demikianlah Tips Trik Komputer tentang Cara Pindah Harddisk Tanpa Bluescreen semoga membantu Anda.

Minggu, 19 Februari 2012

Inilah Wasit Wanita Pertama di Dunia


Amy Fearn

Amy Fearn mencatatkan sejarah sebagai wasit wanita pertama yang memimpin pertandingan.Kendati Piala Dunia sepakbola wanita telah digelar jauh sebelumnya pada tahun 1991 lalu, akan tetapi hal itu tidak lantas mempermudah langkah wanita untuk berkiprah di ajang pesepakbolaan internasional.
Meski ranking ISL naik empat tingkat dibandingkan bulan Desember 2010. Namun dalam update peringkat kompetisi 20 besar Liga terbaik di Asia, dalam kurun satu tahun posisi ISL turun tiga peringkat dari sebelumnya yakni dari urutan 9 (Januari 2010). Hingga bulan Januari 2011, posisi ISL berada di urutan 12 peringkat Liga Domestik terbaik di Asia hingga Januari 2011 dengan mengumpulkan 283,5 poin.
Posisi Indonesia digeser beberapa Negara yang sebelumnya berada di bawah Indonesia. Diantaranya Qatar dengan kompetisi Qatar Stars League yang melesat tujuh peringkat lebih baik dari sebelumnya, urutan 12. Kemudian Thailand dengan Thai Premier League yang sukses menggeser posisi yang ditempati Indonesia pada bulan Januari 2010 lalu, yakni di urutan 9.
Meski kini harus mulai membagi perhatian dari publik sepakbola nasional seiring munculnya kompetisi tandingan, Liga Primer Indonesia (LPI). Secara global, ISL masih dinilai positif. Setidaknya hal itu, tergambar dari penilaian versi IFFHS, badan pencatat data statistik sepakbola dunia yang didukung langsung FIFA.
Dengan sejumlah kontroversi yang kerap mewarnai dalam setiap penyelenggaraannya dari musim ke musim. Posisi ISL masih cukup menggembirakan karena tidak sampai terlempar keluar 100 besar dunia. ISL oleh IFFHS diposisikan pada urutan 72 dunia.
IFFHS sendiri masih menempatkan La Liga Spanyol sebagai Liga terbaik di dunia dengan mengumpulkan 1092 poin. Mengungguli EPL milik Inggris dan Seri A Italia.
Tapi tetap perlu disadari, penurunan peringkat ISL dalam kurun satu tahun terakhir ini, jadi bukti peringatan bagi pihak PSSI sebagai organisasi dan PT Liga Indonesia sebagai penyelenggara kompetisi sepakbola di tanah. Sebab disadari atau tidak AFC pun mengakui ada penurunan mutu dan kualitas kompetisi di Tanah Air.
Artinya terlepas dari siapapun Ketua Umum dan kepengurusan PSSI periode selanjutnya. Salah satu tugas utama yang perlu dibenahi adalah menyangkut penyelenggaraan kompetisi baik sistem, pengaturan jadwal, kualitas wasit yang selama ini banyak dikeluhkan hingga tudingan selalu adanya pengaturan skor di kompetisi domestik Indonesia baik ISL, Divisi Utama, I, II.(muhammad iqbal)
20 Besar Peringkat/Ranking Liga di Asia (Hingga Januari 2011)
Peringkat
AFC
Peringkat
IFFHS
NegaraPoin
127Jepang516,0
229Korea Selatan470,5
331Iran437,5
43Saudi Arabia361,5
555Qatar326,0
657Kuwait321,5
761Australia310,5
862Uzbekistan307,5
964Thailand303,0
1067Suriah300,5
1171Singapura286,5
1272Indonesia283,5
1373Jordania276,5
1475Malaysia268,5
1579Vietnam259,0
1682UEA251,5
1784Cina248,0
1885Hong Kong241,5
1989Lebanon238,0
2095Yaman208,0

‎10 Pemain Muda Terbaik Indonesia 2011 versi Majalah Four Four Two

1. Vendry Mofu, (22 tahun) 
Dengan posisi gelandang dan membela Semen Padang FC. Ia hanya absen 4 kali dari total 28 laga yang dilakoninya bersama Semen Padang FC dan mencetak 4 Gol.
2. Oktovianus Maniani, (21 tahun)
Posisi penyerang sayap dan Persiram adalah klub yang dibelanya sekarang. Penampilannya agak meredup jika dibandingkan tahun 2010 tapi Okto tetap menjadi salah satu pilar timnas di SEA Games 2011.
3. Egi Melgiansyah, (21 tahun)
Posisi gelandang Pelita Jaya. Secara keseluruhan Egi Melgiansyah tampil cukup baik dalam melakoni perannya sang kapten dan pengatur serangan timnas SEA Games 2011.
4. Joko Sasongko, (21 tahun) 
Posisi gelandang dan bermain untuk Pelita Jaya. Debutnya paling mencengangkan di kancah ISL 2010-2011. Sebelum bergabung dengan Pelita Jaya, ia hanya menghuni tim junior PSISra Sragen dan Persijatim. Torehan 7 gol dan bermain sebanyak 22 kalimusim lalu cukup memberi bukti sebagai salah satu pilar timnas masa depan.
5.Hendro Siswanto, (21 tahun)
posisi gelandang dan bermain untuk klub Arema di IPL, menjadi langganan Timnas sejak dilevel junior. Mahir bermaindi berbagai posisi dan kerap mengejutkan dengan tendangan jarak jauhnya yang akurat.
6. Yongki Aribowo, (22 tahun)
Posisi penyerang dan bermain untuk klub Persisam. Pernah dipercaya menjadi kapten Timnas U23 saat Pra Kualifikasi Olimpiade. Kepercayaan yang diberikan pelatih Miroslav Janu, dibayarnya dengan mengemas 7 gol dari 12 kali penampilannya.
7.  Andik Vermansyah, (20 tahun)
posisi penyerang / sayap dan membela klub Persebaya di IPL. Benfica adalah salah satu klub yang saat ini telah menghubungi Andik secara langsung, ditambah lagi sebagai salah satu dari 10 pemain Asia Potensial di 2012. Tujuh gol dalam 17 laga membawa klubnya Persebaya berada dipapan atas IPL.
8. Lukas Mandowen, (22 tahun)
posisi penyerang dan bermain untuk Persipura. Walau bukan pilihan utama Persipura, namun dari 25 kali penampilannya di ISL ia mampu menorehkan 7 gol. Meski posturnya tergolong kecil, ia menutupinya dengan kecepatan, pergerakan dan juga umpan yang akurat.
9. Kurnia Meiga, (21 tahun)
posisi kiper dan membela klub Arema di IPL. Ia sudah membuktikan kualitasnya ketika meraih gelar pemain terbaik ISL pasca mengantar Arema juara di tahun 2009-2010. Di SEA Games 2011, ia hanya kebobolan 2 kali saat mengawal gawang merah putih.
10. Titus Bonai, (22 tahun)
posisi penyerang dan membela klub Persipura. Tibo berperan besar membawa Persipura meraih gelar juara ISL musim lalu. 6 gol dari 20 kali kesempatan bermain.








Nama - Nama Supporter Di Indonesia

◆ Persebaya (Bonek)
◆ Persijap (Banaspati, Jet Man)
◆ PSM Makasar (The Mach Man)
◆ Persiba Bantul (Paserbumi)
◆ Semen Padang (The Kmers)
◆ Persiraja (SKULL)
◆ Bontang FC (Bontang Mania)
◆ Persibo (Boromania)
◆ Persema (Ngalamania)

◆ Arema (Aremania)
◆ Sriwijaya FC (Beladas, Singa Mania)
◆ Persib (Viking, Bobotoh)
◆ Persija (The Jak)
◆ Pelita Jaya (Young Guns & Roses)
◆ Persipura (Persipura Mania)
◆ Persiwa (Persiwa Mania)
◆ Persisam (Pusam Mania)
◆ Persiba Balikpapan (Balistik)
◆ Mitra Kukar (Mitra Mania)
◆ PSPS (Ashykar The King)
◆ PSMS (Kampak Fans Club)
◆ PSAP Sigli (The LAN Mania)
◆ Persela (LA Mania)
◆ Deltras FC (Delta Mania)
◆ Gresik United (Ultras Gresik)
◆ Persidafon (Dafomania)

◆ PSIS Semarang (SNEX, Panser Biru)
◆ PSCS Cilacap (Laskar Nusakambangan)
◆ Persis Solo (Pasoepati)
◆ PSIR Rembang (Ganster)
◆ PPSM Sakti Magelang (Simolodra)
◆ Persiku Kudus (Basoka)
◆ PSIM Jogjakarta (Brajamusti)
◆ PSS Sleman (Slemania)
◆ Persik Kediri (Persikmania)
◆ Metro FC (Metromania)
◆ PSBI Blitar (Singo Lodro)
◆ Persekabpas Pasuruan (Sakera Mania)
◆ PSMP Mojokerto Putra (EMPE Mania)
◆ Persipro Probolinggo (Jinggomania)
◆ Barito Putra (Barito Mania)
◆ Persemin Minahasa (Manguni Fans Klub)
◆ Persigo Gorontalo (Blue Devil)
◆ Perseman Manokwari (Persemania)
◆ Perseru Serui (Superman)
◆ Persikab Kab. Bandung (Green Wolf)
◆ Persipasi Bekasi (SOEBEX, Patriot Mania)
◆ Persikabo Bogor (Kabo Mania)
◆ Persitara Jakarta Utara (North Jak Mania)
◆ Persita Tangerang (Benteng Viola)
◆ Persikota Tangerang (Benteng Mania)
◆ PS Bengkulu (Panglimania)
◆ PSDS Deli Serdang (Antrak)

Sabtu, 18 Februari 2012

Supporter Indonesia Bersatu

Lupakan Dendam Kelompok Suporter

Sebagai bagian dari suatu kelompok supporter, kita tentunya sering mendengar slogan "Marilah hidup damai, lupakan dendam!!". Himbauan ini kadang terkesan sepele dan kadang dalam prakteknya sangat sulit dilakukan.

Pertikaian antar kelompok supporter di Liga Indonesia sudah sering dicarikan solusi perdamaiannya, tapi pelaksanaan di lapangan sering sangat sulit. Karena kadang kesepakatan damai antara dua kelompok suporter yang berseteru hanya di pahami level pengurus saja, sedangkan dalam prakteknya sosialisasi di level grass root lah yang paling sulit dan butuh perjuangan keras. Sebenarnya jika suporter sebagai individu menginginkannya, meski sulit coba ikuti saja resep ini :

Hilangkan pikiran negatif tentang kelompok supporter lain. Kelompok supporter tidak salah terhadap kita! Hal semacam itulah yang harus kita pikirkan. Richard Carlson Ph.D dalam bukunya "Don't Sweat The Small Stuff" mengatakan bahwa solusi yang paling mudah menghindari pertikaian adalah berpikir bahwa orang lain tidak pernah salah. Pahamilah setiap apa yang tersembunyi di balik perlakuan orang lain kepada kita. Bahkan kita kita bisa mengambil contoh kesabaran orang tua terhadap anaknya yang bandel dan begitu menjengkelkan. Dalam pelaksanaannya di dunia suporter kita hendaknya selalu bisa memandang dari sisi positif dan sabar dalam menghadapi provokasi dari kelompok lain. Berbanggalah bahwa kalian lebih mulia dan beradab dari kelompok yang melakukan provokasi fisik maupun mental.

Ambil inisiatif damai sedini mungkin. Jangan berharap kelompok supporter lain memulainya. Ambil keputusan untuk meminta maaf secepatnya kepada kelompok suporter lain bila kita ada pertikaian, katakan dengan tulus. Bila anda tidak segera mengambil inisiatif damai, maka permasalahan tidak akan ber**. "Tidak ada orang / kelompok di dunia ini yang merasa bahagia jika disalahkan, meskipun dia tahu diri" ungkap Carlson.

Jika anda merasa kelompok suporter anda tidak bersalah, tak perlu menyalahkan kelompok suporter lain dan berharap kelompok supporter lain yang meminta maaf, apalagi bila persoalannya hanya sepele saja.

Musnahkan rasa dendam. Berhentilah mengobarkan luka hati yang kalian rasakan terhadap kelompok suporter lain. Dengan tak berulang kali menghidupkan kembali situasi itu, kelompok supporter anda akan merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Tinggalkan kemarahan dan lupakan dendam. Memaafkan memberi anda kekuatan untuk mengatasi persoalan. Ketika anda meminta maaf dulu, maka anda akan merasakan kebahagiaan. Memaafkan orang berarti melepaskan suatu beban. Dalam buku Forgivenes : A Bold Choice for a Peaceful heart , Robin Casarjin mengatakan "Begitu anda memaafkan orang, maka secara emosi anda tidak akan terbelenggu oleh orang yang menyakiti anda".

Jangan gengsi, meminta maaf mungkin bukan pekerjaan ringan. Orang-orang yang masih diliputi perasaan-perasaan sombong, merasa lebih baik, atau gengsi, tidak akan mau jika harus meminta maaf lebih dulu. Apalagi meminta maaf kepada orang / kelompok suporter yang selama ini dianggap lebih rendah darinya. Buang jauh-jauh perasaan itu, ketika anda mempunyai posisi yang lebih baik darinya. Anda dalam posisi yang lebih unggul dari yang pernah mencederai anda atau berbuat culas pada anda bila anda meminta maaf dulu.

Perbaiki Batin. Benahi pikiran kembali pikiran dan batin anda. Ini cara yang paling aman untuk menghindari kesalahan dan meringankan dalam memberi maaf. Dengan perbaikan batin dimana-mana dan memudahkan maaf pada kelompok suporter lain maka hidup anda akan lebih indah! "Trust your dream for peace not your fear". ''Friendships without frontiers, Football without violence" ( Sumber : BolaKlopedia )

Asal Mula Perseteruan Arema vs Bonek


Berdirinya Armada 86 hingga berevolusi menjadi PS Arema pada tahun 1987 membuat konflik semakin memanas. Dalam kompetisi Perserikatan, Persema dan Persebaya sudah memanaskan suhu konflik antar-suporter di Jawa Timur. Dengan hadirnya Arema yang mengikuti kompetisi Galatama, suhu itu kian memanas dengan rivalitas Arema dan Niac Mitra Surabaya. Semifinal Galatama tahun 1992 yang mempertandingkan PS Arema Malang melawan PS Semen Padang di stadion Tambaksari Surabaya menghadirkan awalan baru sejarah konflik Aremania-Bonek. Arek Malang (saat itu belum bernama Aremania) membuat ulah di Stasiun Gubeng pasca kekalahan Arema Malang dari Semen Padang. Kapolda Jatim saat itu akhirnya mengangkut mereka dalam 6 gerbong kereta api untuk menghindari kerusuhan dengan Bonek. Kejadian di Stasiun Gubeng itu membuat panas Bonek yang ada di Surabaya. Tindakan balasan mereka lakukan dengan mencegat dan menyerang rombongan Aremania pada akhir tahun 1993 saat akan melawat ke Gresik. Peristiwa ini dibalas oleh Aremania pada tahun 1996 dengan melakukan lawatan ke Stadion Tambaksari dengan pengawalan ketat DANDIM. Keberanian Aremania untuk hadir di Stadion Tambaksari kala pertandingan Persebaya melawan Arema saat itu telah membuat Bonek tidak bisa berbuat apa-apa dan harus menahan amarah mereka dengan cara menghina Aremania lewat kata-kata saja. Hal ini karena pertandingan tersebut disaksikan oleh para petinggi PSSI dan gubernur Jawa Timur saat itu, serta pengawalan ketat DANDIM kota Malang terhadap Aremania. Bagi Aremania, hal ini sudah sangat mempermalukan Bonek dengan datang langsung ke jantung pertahanan lawan sembari menunjukkan kesantunan Aremania dalam mendukung tim kesayangan. Semenjak itulah tidak ada kata damai dari Bonek kepada Aremania, dan Aremania sendiri juga menyatakan siap untuk melayani Bonek dengan kekerasan sekalipun. Kejadian ini dibalas oleh Bonek di Jakarta pada tahun 1998. Tanggal 2 Mei 1998 dimana Aremania akan hadir dalam pertandingan Persikab Bandung vs Arema Malang, Aremania yang baru turun dari kereta di Stasiun Jakarta Pasarsenen diserang oleh puluhan Bonek. Ketika itu rombongan Aremania yang berjumlah puluhan orang menaiki bus AC yang sudah disiapkan oleh Korwil Aremania Batavia. Di tengah jalan, belum jauh dari Stasiun Pasar Senen tiba-tiba bus yang ditumpangi Aremania dihujani batuan oleh Bonek. Untuk menghindari jatuhnya korban, rombongan Aremania langsung turun dari bus untuk melawan Bonek yang menyerang mereka. Bahkan Aremania sampai mengejar-ngejar Bonek yang ada di Stasiun Pasarsenen. Tindakan Aremania ini mendapat applaus dari warga setempat, sehingga Bonek harus mundur meninggalkan area Stasiun Pasarsenen. Kondisi rivalitas yang begitu panas antara Aremania dan Bonek membuat keduanya menandatangi nota kesepakatan bahwa masing-masing kelompok suporter tidak akan hadir ke kandang lawan dalam laga yang mempertemukan Arema dan Persebaya. Nota kesepakatan yang ditandatangani oleh Kapolda Jatim bersama kedua pemimpin kelompok suporter tersebut ditandatangani di Kantor Kepolisian Daerah Jawa Timur pada tahun 1999. Semenjak tahun 1999, maka kedua elemen suporter ini tidak pernah saling tandang dalam pertandingan yang mempertemukan kedua klub kesayangan masing-masing. Tetapi nota kesepakatan itu tidak mampu meredam konflik keduanya. Tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei 2001 menunjukkan masih adanya permusuhan kedua elemen ini. Kala itu pertandingan antara tuan rumah Gelora Putra Delta (GPD) Sidoarjo melawan Arema Malang di Stadion Delta Sidoarjo dalam lanjutan Liga Indonesia VII. Karena dekatnya jarak Surabaya-Sidoarjo membuat sejumlah Bonek hadir dalam pertandingan tersebut.

Menjelang pertandingan dimulai, batu-batu berterbangan dari luar stadion menyerang tribun yang diduduki oleh Aremania. Kondisi ini membuat Arema meminta kepada panpel untuk mengamankan wilayah luar stadion. Karena lemparan batu belum berhenti membuat Aremania turun ke lapangan, sementara di luar stadion justru terjadi gesekan antara Bonek dengan aparat. Turunnya Aremania ke lapangan pertandingan membuat pertandingan dibatalkan. Terdesaknya aparat keamanan yang kewalahan menghadapi Bonek membuat Aremania membantu aparat dengan memberikan lemparan balasan ke arah Bonek. Aremania pun harus dievakuasi keluar stadion dengan truk-truk dari kepolisian. Kejadian rusuh yang berkaitan antara Aremania dengan Bonek masih berlanjut pada tahun 2006. Kekalahan Persebaya Surabaya atas Arema Malang di stadion Kanjuruhan dalam laga first leg Copa Indonesia membuat kecewa Bonek di Surabaya. Seminggu kemudian, kegagalan Persebaya Surabaya mengalahkan Arema Malang di stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya membuat Bonek mengamuk. Laga yang berkesudahan 0-0 ini harus dihentikan pada menit ke-83 karena Bonek kecewa dengan kekalahan Persebaya dari Arema Malang. Kekecewaan ini mereka lampiaskan dengan merusak infrastruktur stadion, memecahi kaca stadion, dan merusak beberapa mobil dan kendaraan bermotor lain yang ada di luar stadion. ANTV yang menayangkan pertandingan tersebut meliputnya secara vulgar, bahkan berkali-kali menunjukkan gambar rekaman mengenai mobil ANTV yang dirusak oleh Bonek. Aremania menyikapi hal ini dengan menyerahkannya secara total kepada pihak berwajib dan PSSI. Rivalitas keduanya tidak hanya hadir lewat kerusuhan dan peperangan, tetapi juga dengan nyanyian-nyanyian saat mendukung tim kesayangannya. Bonekmania, di kala pertandingan Persebaya melawan tim manapun, pasti akan menyanyikan lagu-lagu yang menghina Arema dan Aremania. Lagu-lagu yang menyebutkan Arewaria, Arema Banci, Singo-ne dadi Kucing, dan beberapa lagu lain kerap mereka nyanyikan di Stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Aremania, dimana lagu-lagu anti-Bonek juga mereka kumandangkan kala Arema menghadapi tim lain di Stadion Kanjuruhan. Bahkan persitiwa terbaru adalah tersiarnya kabar mengenai dikepruknya mobil ber-plat N ketika malam tahun baru di Surabaya oleh pemuda berkaos hijau (oknum Bonek?)

Atmosfir Malang – Surabaya

Seperti yang ditulis oleh Feek Colombijn dalam View from The Periphery: Football in Indonesia, dimana ia menyebut bahwa dinamika suporter di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa. Kultur Jawa yang mengutamakan keselarasan dalam harga diri, dimana penolakan yang amat sangat terhadap hal yang bisa mempermalukan diri sendiri, menjadi faktor utama konflik antar suporter di Indonesia. Kultur Jawa yang menghindar dari konflik dan tidak mau dipermalukan menjadi semacam dari anti-thesis dari sepakbola yang harus siap sedia untuk dipermalukan. Tetapi kultur Jawa pula yang memicu reaksi apabila penghinaan itu terjadi di depan umum dan sangat memalukan, maka ekspresi kemarahan dan anarkisme yang muncul untuk menjaga wibawa dan harga diri. Kondisi ini yang memicu atmosfir panas Malang–Surabaya. Geng pemuda asal Malang yang dibantai oleh Bonek di tahun 1967 memicu perasaan dendam dari Arek Malang. Belum lagi persoalan rivalitas “number one”, dimana dalam level propinsi posisi Malang masih dibawah Surabaya. Sifat tidak terima Arek Malang menjadi nomor dua dibawah Arek Suroboyo ini membuat keduanya susah berjabat tangan. Persaingan atas dasar pride ini berlanjut pasca melorotnya prestasi Persema Malang, dimana Arema mengambil alih posisi rivalitas Malang-Surabaya tersebut. Pergulatan harga diri ini terlihat jelas ketika Aji Santoso pindah dari Arema ke Persebaya, akhirnya Aji Santoso pun dianggap pengkhianat oleh Aremania. Ketika Aji Santoso ingin kembali ke Malang, ia pun harus melalui begitu banyak tim sebelum akhirnya mengakhiri karirnya bersama Arema Malang. Ahmad Junaedi pun menjadi korban rivalitas Aremania-Bonek. Ketika Ahmad Junaedi sudah menjadi bintang sepakbola nasional dan dibeli Surabaya, maka ketika Persebaya menawarkan Ahmad Junaedi untuk kembali ke Arema pun ditolak oleh Aremania. Akhirnya Arema pun lebih memilih untuk mengasah bakat Johan Prasetyo daripada memakai tenaga Ahmad Junaedi . Dalam hal simbol pun tantangan kepada Bonek juga dikumandangkan. Dengan pemilihan simbol singa menunjukkan bahwa di belantara Jawa Timur Arema ingin menjadi nomor satu, diatas Ikan Sura dan Buaya. Arema menjadi identitas resistensi daerah terhadap pusat (Surabaya) , dimana melalui dialek jawa timur dengan tatanan huruf yang dibalik pada osob kiwalan khas Malang seolah menunjukkan bahwa Arema menjadi identitas kultural masyarakat Malang. Selain itu Arema juga merupakan pemersatu warga kota Malang yang sebelumnya terpecah pada beberapa desa/wilayah/daerah. Arek Malang selalu berusaha membedakan dirinya dengan arek Suroboyo. Ketika arek Suroboyo itu bondho nekad, maka arek Malang itu bondho duwit. Ketika Bonek itu suka membuat kerusuhan, maka Aremania ingin menyebarkan virus perdamaian. Konflik identitas juga menjadi lahan rivalitas kedua kubu suporter besar Jawa Timur ini.

Sejarah Persahabatan VIKING_BONEK

Sejarah Persahabatan VIKING-BONEK

Melihat sejarah, VIKING dan BONEK adalah pendukung sejati dari klub perserikatan yang sudah menjadi musuh bebuyutan dari sejak jaman perserikatan, yaitu PERSIB danPERSEBAYA. Dilihat dari kacamata awam, tidak mungkin pendukung sejati yang berani mati demi mendukung timnya bisa bersahabat bahkan bersaudara dengan pendukung sejati yang sama-sama berani mati demi mendukung tim musuh bebuyutan. Tetapi ternyata VIKING dan BONEK membuktikan bahwa mereka bisa. Persaudaraan mereka dilandasi perasaan senasib dimana mereka selalu dijadikan bahan hujatan dan pendiskreditan dari masyarakat sepakbola nasional. Bahkan pers nasional pun paling senang apabila ada kerusuhan di partai yang melibatkan PERSIB atau PERSEBAYA karena bisa dijadikan headline dan sudah jelas pihak mana yang akan disalahkan.

Sejak dulu VIKING dan BONEK diidentikkan dengan kerusuhan. Istilahnya dimana ada pertandingan yang ditonton oleh VIKING atau BONEK maka akan terjadi kerusuhan. Hal-hal jelek dan bersifat mendiskreditkan itulah yang lebih sering diekspos oleh media massa nasional. Padahal tidak semua kegiatan atau kelakuan VIKING dan BONEK berujung pada kerusuhan. Dan tidak semua kerusuhan itu diakibatkan oleh mereka. Mereka hanyalah kaum tertindas yang selalu di persalahkan karena dosa-dosa di masa lalu. Sangat jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) media massa nasional memberitakan kegiatan positif yang VIKING atau BONEK lakukan. Sangat jauh berbeda dengan pemberitaan media massa nasional tentang pendukung tim lain. Ketika terjadi kerusuhan yang melibatkan mereka hanya ditulis sedikit (atau bahkan tidak ditulis sama sekali) dan ditutupi dengan kata-kata "oknum" yang mengatasnamakan pendukung "....." . Sedangkan ketika melakukan kegiatan positif, media massa nasional langsung memberitakan secara besar-besaran, sebesar berita kerusuhan yang melibatkan VIKING atau BONEK. Bahkan saking terlalu seringnya pemberitaan yang memojokkan VIKING sebagai bobotoh PERSIB, Bobotoh PERSIB, Bobotoh lain yang bukan anggota VIKING pun menjadi antipati terhadap media massa nasional. Sampai ada jargon di kalangan Bobotoh bahwa "PERSIB besar bukan karena pemberitaan media massa nasional, PERSIB besar karena Bobotoh dan prestasi. PERSIB dan Bobotoh tidak membutuhkan media massa nasional untuk menjadi besar. Media massa nasional-lah yang membutuhkan PERSIB untuk menjadi besar dan terkenal". Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya perasaan senasib dan berkembang menjadi ikatan persaudaraan, selain tentunya kerusuhan di Jakarta dimana BONEK yang hendak mendukung PERSEBAYA di Senayan diserang oleh sepasukan organisasi masyarakat (???), yang tidak usah saya sebutkan disini karena semua juga sudah tau, dan kemudian diselamatkan oleh Bobotoh (anggota VIKING) yang kebetulan sedang ada disana. Juga ketika PERSIB melawat ke Surabaya, dimana anggota VIKING yang mendukung PERSIB disana dijamu sangat baik oleh BONEK. Demikian pula ketika PERSEBAYA yang bertanding di Bandung, giliran BONEK yang dijamu sangatbaik oleh VIKING. Indahnya persaudaraan diantara dua kubu suporter TERBESAR di Indonesia itu. Jadi saat ini BONEK bukan hanya berarti BONDO NEKAT, tapi bisa juga berarti BOBOTOH NEKAT. Karena VIKING atau BONEK sama saja.

Jumat, 17 Februari 2012

8 Stadion Termegah Di Dunia

1. International Stadium Yokohama, Yokohama, Jepang
 






Tahun 2002 menjadi sejarah karena Piala Dunia, untuk pertamakalinya dilangsungkan di Asia, dan diselenggarakan oleh 2 negara Asia sekaligus. Stadion yang dibangun dengan biaya 60 milar Yen ini mampu menampung 70.000 penonton. 

2. Azadi, Tehran, Iran









Dari namanya, Anda mungkin mengira Iran bukan tempat yang ideal untuk berbulan madu, padahal negara ini memiliki banyak tempat yang indah, termasuk stadion yang mampu menampung 100.000 penonton. Stadion ini pernah digunakan untuk Asian Games 1974


 3. Stadio Olimpico, Rome, Italia









Italia sudah 2 kali menjadi penyelenggara Piala Dunia. Pertama, tahun 1934, Piala Dunia diselenggarakan di Stadio Del PFN, dan yang kedua, yakni final Piala Dunia 1990 di stadion ini. Stadion ini juga menjadi saksi sejarah gagalnya kesebelasan AS Roma meraih gengsi melalui finalti melawan Liverpool pada 1984. 


 4. San Siro, Milan, Italia









Di Italia, orang tak bisa memisahkan San Siro dari sepakbola. Rumah kesebelasan Inter Milan dan AC Milan ini, adalah satu dari sedikit tempat di Italia untuk olahraga. Stadion ini memiliki kapasitas 80.000 kursi dengan penataan cahaya yang luar biasa cantiknya. 


 5. Maracana, Rio De Janeiro, Brazil









Semua orang Brazil nampaknya menyukai sepakbola. Tak heran bila parlemen setempat membuat stadion ini dengan kapasitas 125.000 kursi. Sayang, tempat itupun nampaknya masih harus diperluas. Stadion yang sengaja dibangun untuk kepentingan Piala Dunia 1950 ini, kewalahan menampung 200.000 fans dua kesebelasan yang bertanding pada Piala Dunia 1950 di sana. 


 6. Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol









Real Madrid adalah satu dari kesebelasan sepakbola tertua di Eropa. Walau sudah terbentuk sejak 1902, tapi Real Madrid belum memiliki "kandang" sendiri sampai akhirnya lahir Stadion Chamartin 1924. Sayang, Chamartin hancur akibat perang sipil Spanyol, dan pemerintah setempat kemudian mendirikan Santiago Bernabeu di atas tanah tersebut pada 1947. Stadion ini menjadi tempat diselenggarakannya final Piala Dunia 1982.











7. Old Trafford, Manchester, Inggris






Ini adalah salah satu stadion yang tak pernah luput dari huru-hara. Oleh sebab itu, jangan heran bila pada hari H pertandingan, aparat polisi mengelilingi seluruh penjuru stadion ini. Maklum saja, dari 68.000 tempat duduk yang tersedia, hanya 3.000 kursi yang disediakan untuk supporter lawan.


 8. Nou Camp, Barcelona, Spanyol









Lapangan ini berdiri pada 1957 dengan menghabiskan dana US$3 juta. Nou Camp adalah lapangan sepakbola terbesar di Eropa, dengan kapasitas 120.000 penonton dan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 1982.